Kamis, 03 Desember 2015

Toples dan Manusia






Sebelum memulai kuliah, seorang professor meletakkan toples bening dan besar di atas meja. Professor mengisi toples tersebut dengan bola tenis sampai tidak muat lagi. Beliau bertanya pada mahasiswa; “Sudah penuh?” maka mahasiswa pun menjawab kompak “Sudah penuh!.”

Professor kemudian mengeluarkan kelerang dari tas yang dibawanya. Kelereng tersebut dimasukkan ke dalam toples besar dan bening tadi. Maka kelereng-kelereng tersebut mulai mengisi sela-sela kosong pada bola tenis hingga tidak muat lagi. Professor bertanya kembali pada mahasiswanya “Sudah penuh?” dan mahasiswa pun menjawab “Sudah penuh!”

Lagi-lagi professor mengeluarkan pasir putih dan memasukkan ke dalam toples yang sama tadi.
Maka seperti sebelumnya, pasir putih pun memenuhi ruang kosong dari bola tenis dan kelereng tersebut. Semua sepakat berpikir bahwa toples tersebut sudah tidak bisa dimasukkan apa-apa lagi.
Namun yang terjadi professor mengambil secangkir kopi dan menuangkan dalam toples yang sudah penuh dengan bola tenis, kelereng dan pasir putih.

Professor kemudian menjelaskan, 

“ Kapasitas hidup manusia seperti toples ini, tentu setiap manusia berbeda ukurannya. Bola tenis ibarat hal-hal besar dalam kehidupan, yakni tanggung jawab kepada tuhan, orang tua, keluarga, makan, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan.

Kelerang ibarat hal penting dalam hidup manusia, seperti pekerjaan, kendaraan, pendidikan. Dan pasir ibarat pelengkap dalam hidup kita, seperti gadget, WA, BBM, Facebook, nonton konser, mengkoleksi barang tas mewah dan lain-lain.

Jika kita mengisi hidup dengan memenuhi pasir terlebih dahulu maka kelereng dan bola tenis tidak bisa masuk. Hidup kita akan dipenuhi hal-hal kecil. Hidup akan kita habiskan dengan hiburan, maka tuhan, keluarga, mimpi pun terabaikan. Berbeda ketika kita mengisi hidup dengan bola tenis, di susul kelereng lalu pasir seperti tadi, maka hidup akan lengkap, berisikan hal penting dan berguna hingga pelengkap.

Karenanya, kita harus pandai mengelola hidup secara cerdas dan bijak. Tahu untk menempatkan prioritas dan pelengkap. Jika tidak, maka hidup bukan hanya tidak lengkap, namun menjadi sia-sia.”
Professor pun bertanya “ Ada yang ingin ditanyakan?”

Semua mahasiswa terdiam, meresapi apa maksud professor yang sebenarnya. Lalu kemudian salah seorang mahasiswa mengacungkan jari, “Apa arti dari secangkir kopi yang anda tuangkan tadi, professor?”

Professor tersenyum sebentar lalu berucap “Sepenuh apapun hidup kita, sesibuk apapun kita, jangan lupa masih bisa sempurna dengan silaturahim sambil minum kopi dengan tetangga, karib kerabat, saudara, teman lama, sahabat. Saling bertegur sapa dan tersenyum saat berpapasan. Alangkah indahnya hidup ini.”


dikutip dari fanpage : Lucu-Lucu Ajahh dengan sedikit modifikasi

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com